Bangkitlah Laos!

Tidak mempunyai wilayah lautan, berbatasan dengan Thailand, Kamboja, Vietnam, Myanmar dan China menjadikan Laos merupakan satu-satunya negara anggota  Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang dikurung daratan. Negara yang beribukota Vientiane ini bergabung dengan ASEAN pada tahun 1997. Relatif  baru, mengingat ASEAN sudah berdiri sejak tahun 1967 melalui penandatanganan deklarasi Bangkok.

Tidak seperti “saudara serumpunnya” di ASEAN, Indonesia yang multi partai dan kini menjadi negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, pemerintahan Laos yang komunis tidak mengenal multi partai.  Satu-satunya partai di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos (LPRP), ada 99 orang yang duduk di parlemen Laos. Sebagai negara komunis, Laos mengontrol ketat pers,dan baru mengizinkan pendirian perusahaan swasta sejak tahun 1986. Infrastruktur jalan di Laos belum memadai bahkan Laos belum mengenal jaringan perkereta-apian.

Laos memiliki total luas daratan 236,800 km2, dengan jumlah penduduk 6.217.141 (perkiraan tahun 2005) dengan total Produk Domestik Bruto (PDB) US$11,14 miliar (peringkat 133 dunia), total pendapatan per kapita US$1.921 (peringkat 146 dunia). Laos dipimpin oleh Presiden Choummaly Sayasone sebagai kepala negara dan Perdana Menteri Bouasone Bouphavanh sebagai kepala pemerintahan. Itulah potensi dan profil singkat negara Laos.

Photo by suara-alam.com
Kini, sebagai salah satu negara yang bergabung dalam komunitas ASEAN, Laos tentunya sudah setuju untuk menerima atau menjadi bagian dari semua traktat, perjanjian dan kesepakatan di ASEAN. Itulah konsekuensi dari keputusan bulat dari negara Laos yang dulunya bersedia bergabung dengan negara-negara lainnya untuk bersama-sama menjadi bagian dari ASEAN.

Adalah menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi Laos untuk berkontribusi lebih lagi dan menyesuaikan diri dalam pergaulannya dengan negara-negara yang bergabung di komunitas ASEAN agar Laos mendapatkan manfaat sebesar-besarnya di bidang ekonomi maupun politik. Hal ini sejalan dengan visi ASEAN di tahun 2015 yaitu menjadikan ASEAN sebagai komunitas tunggal, baik di bidang ekonomi maupun politik .

Pertanyaannya, dengan potensi terbatas yang dimiliki Laos plus pemerintahan yang relatif masih tertutup karena pengaruh komunis masih kuat, akan mampukah Laos mengambil manfaat sebesar-besarnya dari pasar bebas ASEAN kelak? Mampukah Laos berperan penting dalam bidang politik bahkan dalam berbagai bidang di ASEAN?

Ada baiknya, Laos belajar dari negeri tetangganya China yang kini sedang menikmati booming ekonomi akibat kebijakan China yang meliberalkan sistem ekonominya. Dengan letaknya yang diapit China sebagai raksasa ekonomi baru dan negara-negara tetangga di Asia Tenggara yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi pula, rasanya kesempatan terbuka lebar bagi Laos juga untuk mengambil keuntungan. Saatnya Laos menikmati pertumbuhan ekonomi, syaratnya Laos harus membuka diri dengan “saudara-saudaranya” yang bergabung di komunitas ASEAN. Kesempatan belum terlambat Laos!

About Kris Mendrofa

Lecturer. Blogger. Technopreneur. Traveller.

0 komentar:

Posting Komentar